Pelajar dan Media Sosial 5: Konten Kreatif, Inovatif, dan Edukatif, Penting Kah?

 

Oleh Ali Mursyid Azisi

(Lahir di Banyuwangi, aktif di PKPT IPNU UIN Sunan Ampel Surabaya, Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya)

 

            Pada bab pembahasan kali ini masih memiliki korelasi dengan artikel sebelumnya yang bertajuk Pelajar dan Media Sosial 4: Dari Peran Hingga Etika Mengendalikannya. Dalam bermedia sosial selain menerapkan pedoman-pedoman/etika yang pada dasarnya merupakan hal positif yang harus dijaga, disamping itu perlu juga seorang pelajar Islam/siapa pun turut berperan dalam rangka mengisi kegiatan/kajian yang mengandung unsur kreatif, inovatif dan edukatif. Hal ini merupakan sebuah persaingan di media sosial yang eksistensinya tidak tergeserkan oleh konten-konten yang tidak begitu manfaat/bahkan menjerumuskan pada hal yang buruk.

            Peran pelajar muslim terutama kader Nahdlatul Ulama sangat dibutuhkan di sini. Baik dalam rangka menunjukkan eksistensi maupun menjadi actor media kreatif dan penuh kebermanfaatan. Hal yang perlu disiapkan yaitu konten-konten kreatif baik itu dalam bentuk gambar, video, maupun tulisan yang bisa dikembangkan di media sosial menggunakan kecanggihan teknologi yang semakin kesini mengalami perkembangan pesat.

            Konten kreatif tidak melulu tentang hasil editing video yang berkelas dan sebagainya. Namun yang perlu diperatikan yakni isi konten tentang bagaimana bisa menarik pengguna media sosial untuk menikmati dan memetik hal yang manfaat. Baik dengan menampilkan ilmu keislaman, tradisi-tradisi ala Islam Nusantara, maupun hal positif lainya.

            Selain konten kreatif yang bisa kita share di media sosial, tak lupa juga hal yang penting diterapkan dalam kompetisi di media sosial saat ini, yakni perlu adanya inovasi baru dalam setiap konten yang hendak kita buat. Inovasi baru ini sesuai dengan konteks apa yang tengah dibutuhkan masyarakat saat ini (melek konteks). Peran pelajar di sini maupun akademisi yaitu disamping dituntut harus membaca bahan bacaan buku, kitab dan sebagainya untuk menambah wawasan keilmuan, juga dituntut cerdas dalam membaca situasi masyarakat yang sifatnya dinamis (mengalami perubahan setiap saat).

            Disamping dua point di atas, hal yang juga begitu penting diselingi di dalamnya adalah adanya unsur edukatif. Selain menikmati konten yang menarik, kreatif dan penuh inovasi, diharapkan dari siapapun penikmat sosial media mampu memetic sebuah pelajaran di dalamnya yang sangat penting untuk kita syiarkan. Baik itu kajian tentang keagamaan, kebudayaan, perekonomian dan apapun itu semua bisa kita masuki sebagai kader Nahdlatul Ulama, yakni yang unggul dalam semua bidang.

            Dengan membaca situasi demikian, eksistensi maupun peran pelajar/pemuda-pemudi NU diharapkan bisa menjadi kiblat dalam hal kesantunan bersosial media maupun dengan karya konten-konten yang kreatif, inovatif, dan penuh edukatif. Dengan begitu masyarakat pengguna media sosial secara umum (tua maupun muda) tidak meragukan kembali kualitas, peran, dan eksistensi pelajar Nahdlatul Ulama, baik di tengah-tengah masyarakat secara langsung maupun di media sosial yang berkontribusi besar untuk semua kalangan.

            Oleh karenanya, tiga poin di atas harus dipegang teguh dan secara continue perlu dikembangkan kader muslim NU. Semula yang diragukan dan dipandang sebelah mata karena dinilai tertinggal dari segi teknologi dan persaingan di media baru saat ini, nantinya diharapkan pelajar Nahdlatul Ulama menjadi aktor-aktor penting dalam memajukan kualitas teknologi maupun konten-konten manfaat dalam skala nasional maupun universal.

            Tentu hadirnya generasi muda NU diharapkan bisa menghasilkan karya-karya yang menfaat untuk masyarakat umum, apalagi kini didukung dengan majunya teknologi yang kian pesat. Segala mecam informasi bisa diakses dengan hitungan detik dan memudahkan. Ulama terdahulu pun sebelum adanya media baru (media digital) sangat gigih dalam berkarya, baik keilmuan islam, tafsir, syair-syair, hadits dan lain sebagainya.

            Kita sebagai generasi yang diharapkan bisa memberi kontribusi besar yang manfaat sesuai perkembangan zaman pun dituntut untuk selalu berkarya, sesuai bidang masing-masing. Bahkan Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari pernah berkata demikian: “Tatkala waktuku habis tanpa karya dan pengetahuan, lantas apa makna umurku ini?”. Dari apa yang disampaikan beliau semoga menjadi metovasi bagi pelajar/kader Nahdlatul Ulama untuk selalu berkarya dan menebar kemanfaatan.

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk sesamanya” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni).

           

 

Artikel Terkait

There is no other posts in this category.

Posting Komentar