Pelajar dan Media Sosial 4: Dari Peran Hingga Etika Mengendalikannya

 


Oleh Ali Mursyid Azisi

(Lahir di,Banyuwangi, aktif di PKPT IPNU UIN Sunan Ampel Surabaya, Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya)

 

            Peran seorang pelajar atau akademisi dalam bermedia sosial sangat diharapkan memberikan dampak positif. Beragam peran yang bisa dimasuki oleh kaum terpelajar di jejaring media sosial, mulai dari persoalan ekonomi, politik, sosial-budaya, pembangunan, bahkan agama, semua membutuhkan sosok yang memiliki kontribusi besar dan positif di sosial media.

            Dari persoalan ekonomi, kaum terpelajar muslim diharapkan mampu menjadi salah satu tokoh panutan yang mampu membangun siklus perekonomian di media sosial/menggunakan media digital marketing, mengembangkan skil entrepreneur, dan lainnya. Begitupun bidang lainnya, terutama menyoal tentang agama yang rawan dipersoalkan saat ini di media sosial. Pelajar/kader NU dengan kualitas keilmuannya yang baik diharapkan bisa menjadi penengah di tengah maraknya saling serang/konflik keagamaan berbasis virtual.

            Sosial media merupakan sarana untuk saling bertukar informasi dan komunikasi. Strategi yang bisa diterapkan dalam menebar hal positif bisa menggunakan beberapa media aplikasi diantaranya Instagram, Facebook, Youtube dan media lainnya. Dilihat dari segi strategisnya memang aplikasi-aplikasi tersebut kini tengah digandrungi pemuda-pemudi/pelajar di berbagai belahan dunia. Oleh karenanya sangat perlu konten-konten yang manfaat dibandingkan yang realitasnya kini masih dominan di isi dengan hal yang tidak terlalu penting atau sebatas hiburan.

            Tidak cukup sampai di situ, dalam mengendalikan media sosial pun ada beberapa etika yang sangat perlu dipahami dan diterapkan secara seksama. Dalam hasil riset Tuty Mutiah yang bertajuk Etika Komunikasi Dalam Bermedia Sosial, bahwa etika memberikan orientasi dari diri seseorang bagaimana ia bertingkah laku dalam kehidupan sehari-harinya. Hal yang perlu diperhatikan pertama yaitu sopan santun, menghargai orang lain, bertata krama. Jika dalam praktiknya seseorang santun dalam bermedia sosial maka dampaknya pun baik di lingkungan skala kecil maupun besar akan baik oleh pengguna media sosial lain.

            Hal lain yang pelu diperhatikan yakni penyampaian bahasa yang tepat tanpa mengandung unsur sara, deskriminasi, dan hal negative lainnya. Dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan, maka pesan yang ingin kita sampaikan di sosial media mudah diterima dan jauh dari konflik.

            Selanjutnya, hindari keikutsertaan menyebar informasi/berita hoax baik dalam bentuk tulisan maupun audio visual di berbagai aplikasi online. Selektif dalam menerima maupun menulis informasi yang tidak benar/menyebar berita bohong merupakan hal yang dilarang dalam ajaran Islam maupun agama lainnya.

            Terakhir, hindari unsur sara, provokasi, dekskriminasi terhadap suatu hal maupun golongan tertentu, terlebih masalah agama yang rentan menjadi sasaran perbincangan public sehinga meresahkan ummat beragama. Oleh karenanya, sebagai kader Nahdlatul Ulama maupun generasi muslim lainnya sangat dianjurkan untuk menghindari hal tersebut.

            Perihal di atas mengenai peran dan etika pelajar dalam mengendalikan media sosial setidaknya menjadi patokan bagi siapapun dalam bermedia sosial. Dengan mengoperasikan secara bijak, maka arus informasi yang beredar pun banyak hal-hal positif yang bisa dijadikan sarana edukasi via virtual di era digital saat ini. Al-Qur’an pun juga menegaskan untuk senantiasa berbuat ma’ruf dalam mengimplementasikan ruh berislam:

مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَا ۚوَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.” (QS. al-An'am ayat 160).

            اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ 

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” (QS. Al-Isra' ayat 7).

            Begitu pula jika dikaitkan dengan upaya mengendalikan media sosial di era digital saat ini harus dengan hal kebaikan dan kemanfaatan. Dan masih ada beberapa ayat lain yang menganjurkan untuk berbuat kebaikan dan penuh cinta kasih di Al-Qur’an.

           

           

 

Artikel Terkait

There is no other posts in this category.

Posting Komentar