Mengundi Kemanusiaan


Oleh Afifah Nur Fadlilah 

Istana yang kami bangun memang tak megah
Tapi hasil jerih payah yang terbayar upah
Sepeser rupiah sudah mampu mengukir raut senyum di wajah
Begitulah hidup yang selama ini kami pandang indah

Namun, kini nestapa menjadi teman setia
Kala istanaku digusur paksa dengan dalih pembangunan negara
Negara mana yang kau maksudkan?

Hidup kami sudah teramat merana
Lalu dirampas pula hak bersuara
Dimana kami harus menuntut kemanusiaan?
Bilamana keadilan tertutup uang hasil selundupan

Kami memimpikan hidup bebas
Nyatanya hukum semakin menindas
Kemana lagi jalan yang harus kami tempuh?
Agar tubuh tak lagi penuh keluh
Meski nyanyian kemerdekaan terus terdengar
Api amarah masih saja membakar

Isak tangis sudah jadi kudapan sehari-hari
Mana kala sesuap nasi tak mampu tersaji
Kami tak tahu apa itu rendang
Kami tak tahu apa itu sop buntut
Badan saja tinggal tulang belulang
Tak mampu sekedar memanjakan mulut

Kami inilah rakyat bantaran
Yang mengundi belas kemanusiaan
Menunggu jatuhnya buah keberuntungan
Tapi naas malah dapat busuknya harapan

Artikel Terkait

Posting Komentar