Urgensi Kader PKPT dalam Membangun Semangat Trilogi di Era Revolusi Industri 4.0

 

Oleh : Wahyu Nur Wahid

Sebelum saya mengulas lebih jauh mengenai essay saya, yang membahas mengenai “Urgensi Kader PKPT dalam Membangun Semangat Trilogi di Era Revolusi Industri 4.0”. Perlu kiranya menjabarkan beberapa kata secara terpisah yang dianggap penting untuk dijabarkan sebelum diaplikasikan secara keseluruhan makna tema tersebut. Yang pertama, saya awali dengan kata urgensi, dimana urgensi ialah sesuatu hal yang penting, yang membuat kita terpaksa untuk mendorong hal tersebut agar segera diselesaikan dan ditindaklanjuti. Kemudian semangat trilogi, dimana semangat trilogi yang dimaksud dalam tema ini ialah semangat trilogi IPNU-IPPNU yakni belajar, berjuang, dan bertaqwa. Dimana gerakan semangat trilogi ini terepresentasi dalam sosok pendiri dan ketua pertama IPNU, yakni KH. Tolchah Mansoer. 

Dari ketiga trilogi belajar, berjuang, dan bertaqwa, saya awali dari kata belajar terlebih dahulu. Sesuai akronim dari IPNU-IPPNU sendiri yang terdapat kata “pelajar” didalamnya. Dimana seorang pelajar memiliki tugas wajib yakni belajar, walaupun belajar tidak hanya diwajibkan bagi seorang pelajar saja. Disisi lain makna “belajar” dalam trilogi ini mengarah kepada status kita yang masih ditahap IPNU-IPPNU, yakni masih ditingkat dasar sebelum naik tingkat ke jenjang ANSOR kemudian ke pengurus Nahdlatul Ulama. Ibarat kata jenjang IPNU-IPPNU ini seperti orang yang baru mengenal komputer namun pekerjaannya berkaitan penuh dengan dunia pemograman. Dirinya dengan keadaan tidak tau sekali sistem pengoperasiannya dituntut untuk belajar perlahan-lahan sedikit demi sedikit agar dapat memahami hingga dapat melakukan perbaikan ketika sistem pemogramannya mengalami kendala atau error.

Dari analogi diatas inilah apabila dikaitkan dengan urgensi semangat seorang kader IPNU-IPPNU dalam belajar, yakni untuk mengetahui dan memahami sebagai generasi Nahdlatul Ulama, sehingga mampu menjadi generasi yang berkualitas. Akan tetapi, tidak cukup sampai belajar saja, tetapi hasil dari belajar tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Disisi lain kader IPNU-IPPNU dalam memahami semangat trilogi belajar yakni bukanlah belajar yang dialami dalam bangku pendidikan formal saja. Melainkan belajar pada pelajaran hidup yang dialaminya selama mengarungi kehidupannya. Hal ini dikarenakan agar supaya dapat menjadi kader IPNU-IPPNU yang unggul untuk masa depan. Nah, disinilah kata “belajar” dalam semangat trilogi berperan kembali bila dikaitkan untuk menghasilkan kader IPNU-IPPNU yang unggul, yakni dengan belajar dan mengasah kemampuan sesuai potensial yang dimiliki juga dengan aktif berdiskusi dengan tujuan mengasah otak agar cepat tanggap dalam menanggapi sesuatu permasalahan.

Kemudian yang kedua yakni “berjuang”, dimana saya menjelaskan dikalimat sebelumnya yakni ketika belajar, hal yang terpenting yakni penerapan hasil belajar didalam kehidupannya. Nah setelah menerapkan, kader IPNU-IPNU ini memiliki kewajiban untuk berjuang melestarikan wujud hasil dari belajarnya tersebut. Jika dikaitkan dengan urgensi semangat trilogi seorang kader IPNU-IPPNU, berjuang yang dimaksud ialah berjuang melestarikan wujud hasil belajar dan amaliyahnya secara istiqomah, dimana amaliyah yang dimaksud ialah amaliyah Nahdlatul Ulama. Sehingga setelah berhasil dan mampu berjuang melestarikan amaliyah secara istiqomah, selanjutnya kader IPNU-IPPNU berjuang untuk memperkenalkan amaliyah Nahdlatul Ulama kepada masyarakat luar. Sehingga tidaklah muncul persepsi bahwa amaliyah Nahdlatul Ulama ialah amaliyah yang bid’ah. Selain itu diperlukan bekal kepala dingin dalam memperkenalkan amaliyah Nadhlatul Ulama agar tidak menimbulkan perselisihan.

Kemudian yang terakhir yakni bertaqwa. Untuk mewujudkan seorang yang bertaqwa perlu dibutuhkannya sebuah ilmu. Maka dari itu, slogan bertaqwa ini menjadi slogan ketiga setelah belajar dan berjuang. Walaupun dalam Al-Qur’an Surat Ali Imron:102 menjadi perintah awal Allah dan Rasul-nya. Dan untuk mendapat sebuah ilmu, diperlukannya proses dalam belajar. Kemudian dilanjutkan berjuang untuk menjalankan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya, dan taqwanya inilah yang menyempurnakan pengaplikasiannya. Karena dengan bertaqwa dan membawa nama Allah SWT dalam segala kehidupan terutama dalam berorganisasi akan mempermudah segala urusan kita.

Berikutnya yang ketiga, yakni Era Revolusi Industri 4.0. Beberapa orang mungkin masih awam dalam mendengar kalimat “Era Revolusi Industri 4.0”, padahal kita saat ini sedang hidup di era tersebut. Disini saya mengartikan era revolusi industri 4.0 ialah era dimana seluruh wujud yang ada dapat saling berkomunikasi secara real time kapan saja dengan berlandaskan pemanfaatan teknologi internet atau bisa dikatakan juga sebagai sebuah keadaan dimana semua pemenuhan kebutuhan sudah tersedia secara digital, mulai dari jual-beli, jasa, hingga transaksi pembayaran. Contoh era revolusi industri 4.0 yang bisa kita saksikan ialah adanya platform digital yang membuat pelaku usaha dapat mempromosikan produk jualannya lebih masif.

Setelah membongkar satu per satu kata yang dianggap penting dari tema “Urgensi Kader PKPT dalam Membangun Semangat Trilogi di Era Revolusi Industri 4.0” dapat saya simpulkan bahwa yang dimaksud tema ini ialah pentingnya kita sebagai kader PKPT IPNU-IPPNU dalam membangun semangat belajar yang didapat dari selama dirinya hidup, supaya dapat menjadi generasi Nahdlatul Ulama atau kader IPNU-IPPNU yang unggul dan berkualitas dengan mampu memahami, mengetahui, dan mengimplementasikan melalui salah satunya berdiskusi untuk mengasah kemampuan, juga berjuang melestarikan wujud dari hasil belajar tersebut dan amaliyah Nahdlatul Ulama secara istiqomah lalu memperkenalnya kepada masyarakat luar, apa itu Nahdlatul Ulama apa itu IPNU-IPPNU, diimbangi dengan bertaqwa melalui menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya serta mampu menyeimbangkan kita untuk mengikuti alur keadaan untuk menumbuhkan semangat tersebut dimana semua kebutuhannya telah tersedia secara digital berkat pesatnya teknologi internet atau komunikasi.

Kemudian untuk menumbuhkan semangat belajar, berjuang, dan bertaqwa kepada kita selaku kader PKPT di era revolusi industri 4.0, kita mulai dari belajar,yakni dengan memanfaatkan platform belajar digital seperti visualisasi gambar yang diimbangi suara music pendukung untuk menguatkan pemahaman dan pengetahuan materi yang mana ini juga memiliki nilai positif untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan kemudahan akses dimana saja dan kapan saja. Lalu untuk mengasah otak agar cepat tanggap dapat diselingi dengan memanfaatkan platform digital E-Quis yang diimbangi dengan reward sebagai faktor pemicu semangat, sehingga tidak melulu menggunakan metode diskusi luring.

Disambung pada berjuang, untuk menumbuhkan semangat berjuang seorang kader PKPT IPNU-IPPNU, berjuang untuk melestarikan juga menerapkan hasil wujud belajar dan amaliyah Nadhatul Ulama secara istiqomah di era revolusi industri 4.0. dapat memanfaatkan platform digital seperti youtube, tiktok, Instagram, dsb untuk memperkenalkan amaliyah Nahdlatul Ulama kepada masyarakat luar, dengan memanfaatkan platform tersebut juga memiliki nilai positif yakni cepat tersampainya kepada masyarakat tentang apa yang disampaikan berkat canggihnya teknologi internet dan bervariasinya media penyampaian yang tidak membuat monoton masyarakat dalam menerima penyampaian serta mudahnya interaksi yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja antara kita dengan masyarakat.

Kemudian yang terakhir yakni bertaqwa, bagaimana cara menumbuhkan semangat bertaqwa di era revolusi industri 4.0? yah memang di era digitalisasi ini tidak semua aspek berdampak nilai positif, tetapi juga bisa bernilai negatif, tak sedikit juga contoh generasi kita yang mulai terkikis nilai ketaqwaannya karena dampak negatif era revolusi industri 4.0 yang serba berkaitan dengan teknologi ini. Nah untuk menumbuhkan semangat bertaqwa di era revolusi industri yang serba berkaitan dengan internet ini dari saya bisa dengan meningkatkan jiwa dermawan seperti berinfaq, bershodaqoh, atau berzakat yang saat ini juga banyak sekali media atau instansi penampungnya. Namun tetap di imbangi dengan amalan yang menghidupkan hati seperti sholat malam, membaca Al-Qur’an, dzikir, dan bermunajat kepada Allah SWT secara istiqomah yang mana saat ini juga banyak komunitas Muslim-Muslimah yang menawarkan wadah visi misi tersebut. 



Artikel Terkait

Posting Komentar