Ajari Anak Menjadi Kaya

Sebelum tulisan ini berlanjut, saya menegaskan bahwa awal mula kepenulisan ini berasal dari ketertarikan pada sebuah cuplikan buku “Mencetak Superman Masa Depan” karya dari penulis yang cukup terkenal, Hartanto Sankanparan. Kurang lebih bunyinya adalah, “Sekitar 90% orang tua menyekolahkan anaknya adalah agar mandiri dalam hal keuangan.”

Pendidikan adalah tugas semua pihak, permasalahan di dunia pendidikan akan menjadi masalah bersama yang wajib ditangani secara bersama pula. Pemerintah bukan satu-satunya pihak yang patut disalahkan ketika kenyataan mengatakan betapa rendahnya pendidikan kita di ranking dunia, atau pihak guru yang kerap disalahkan dengan rendahnya moral anak-anak kita.

Tulisan ini tidak akan memberi banyak solusi, hanya mengkritisi dan sebagai media perenungan bersama tentang apa yang perlu dibenahi dalam sistem pendidikan kita, dengan menggunakan sudut pandang penulis dan dukungan beberapa kajian literatur. Solusi? Saya yakin pikiran Anda mampu menghasilkan ribuan jawaban sendiri.
Kita kembali pada cuplikan buku di atas, bahwa tujuan orang tua memberikan pendidikan anaknya di bangku sekolah adalah untuk mensukseskan anak di bidang keuangan yang dalam masyarakat dibungkus denga kata “demi masa depan yang lebih baik.” Kita tidak bisa menyalahkan pemikiran materialistis yang dimiliki Hartanto dan mungkin beberapa orang tua yang berpemikiran sama. Pada kenyataannya, uang memang salah satu pemegang kendali kehidupan. Uang memang bukan segalanya, namun segalanya butuh uang.

Permasalahan-permasalahan sosial akan banyak timbul karena rendahnya keuangan yang dimiliki seseorang atau keluarga. Beberapa kali saya melakukan observasi tentang permasalahan sosial yang ada di lapangan. Wawancara yang saya lakukan dengan pelaku prostitusi, pengemis dan para pengangguran di Surabaya mendapatkan hasil yang sama, bahwa latar belakang mereka memilih berada di pilihan tersebut adalah karena keuangan yang rendah dan kebutuhan yang semakin meningkat.

Sekolah, selaku lembaga pemenuhan pendidikan mempunyai peran jamak untuk membantu mengarahkan dan memperbaiki kehidupan anak, salah satunya adalah dalam bidang finansial. Secara teoretis, pendidikan sendiri mempunyai pengertian sebagai salah satu upaya mencerdaskan dan pembentukan moral dengan pembiasaan. Jika anak di biasakan untuk memikirkan arah finanasial ke depan (di samping masalah pengetahuan ilmu umum, dan agama) maka mungkin saja masalah sosial dan masalah lain yang timbul karena rendahnya ekonomi akan sedikit berkurang. Bahkan kemungkinan terbesarnya adalah turut naiknya pembangunan ekonomi negara karena sumbangsih dari dunia pendidikan tersebut.

Pola pikir dalam bidang keuangan yang disebut dengan kecerdasan finansial merupakan hal urgen yang perlu diajarkan kepada anak-anak. Pendidikan finansial yang diberikan sejak dini akan menuntun anak untuk mempunyai kecerdasan finansial jangka panjang. Kecerdasan finansial sendiri mempunyai tiga pokok pemikiran yaitu: kecerdasan untuk mendapatkan uang, kecerdasan untuk melindungi uang, dan kecerdasan untuk mengembangkan uang.
Sedikit dari lembaga pendidikan negara kita sudah mengabulkan pemikiran beberapa orang tua untuk menjadikan anak-anaknya mandiri secara finansial. Bentuk nyatanya adalah doktrin bahwa anak-anak harus sukses dengan diberikan program entrepreneurship yang mana penggeraknya adalah anak-anak.

Sudah seharusnya lembaga pendidikan kita tidak hanya menangani krisis pengetahuan dan agama, namun juga permasalahan ekonomi. Saya yakin, Indonesia akan maju apabila anak muda yang menjadi penentu masa depan bangsa tidak hanya matang dari segi pengetahuan dan agama, namun juga ekonomi.

Jadi, apapun profesi dan pendidikan yang dimiliki anak, ajari mereka untuk kaya!

Farradilla Inayatul Azizah
Lembaga Pers dan Penerbitan

Artikel Terkait

Posting Komentar