Apakah Kini Bumi Juga Sedang Berpuasa?

Dunia saat ini telah digegerkan dengan hadirnya pandemi yang digadang-gadang sangat berbahaya, tak lain adalah Covid-19.  Tercatat hampir di berbagai belahan dunia merasakan dampaknya. Bagi sebagian orang, hadirnya pandemi ini sebagai musibah, banyak mengalami kerugian dan kesulitan dalam mencari nafkah untuk menyambung hidup.

Bagi sebagain orang lainnya, pandemi ini dipandang sebagai strategi Allah menguji hambanya dan membebaskan bumi dari belenggu hiruk pikuk aktivitas manusia yang kian meningkat. Turunnya pandemi ditimpakan kepada kita menjelang Ramadhan ini apakah ada hubungannya antara pandemi Covid-19 dengan puasa?

Mari kita cek ayat Qur’an surah Al-Baqarah: 30 yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat 'Aku hendak menjadikan khalifah di bumi'. Mereka berkata (Malaikat) 'Apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-MU?' Dia (Allah) berfirman, 'Sungguh, aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.'”

Dari ayat ini dapat kita saksikan bahwa dalam Tafsir Quraish Shihab yang dimaksud khalifah yaitu manusia (Adam serta anak cucunya) untuk membangun bumi. Lalu malaikat menjawab, “Ya Rab, mengapa engkau jadikan manusia khalifah di muka bumi? Padahal mereka justru merusak dan memunculkan pertumpahan darah”.

Akan tetapi, Allah lah yang lebih tau akan hal itu. Dengan demikian, segala hal yang ada di bumi dikelola sedemikian rupa oleh manusia sebagai ciptaan Allah yang paling sempurna. Seperti halnya terus meningkatnya perkembangan teknologi permesinan dan perindustrian di berbagai belahan dunia.

Hal demikian jika dilakukan secara berlebihan, juga akan berdampak buruk pada lingkungan yang tidak lagi sehat dan suhu bumi kian hari kian meningkat. Peningkatan suhu tersebut juga tidak lepas dari aktivitas manusia yang menyebabkan berbagai polusi, baik itu polusi udara, air, tanah yang nantinya juga menyebabkan lapisan ozon pecah dan berdampak pada peningkatan suhu bumi.

Hadirnya pandemi saat ini yang mengakibatkan aktivitas diluar diberhentikan. Perlu kita ketahui bahwa segala aktivitas diluar itulah yang selama ini menyebkan polusi yang kian meningkat. Kemudian Allah swt serta merta menurunkan pandemi, dan serta merta juga polusi tersebut menghilang. Hasil penelitian membuktikan, berkurangnya aktivitas manusia semacam itu berdampak pada penurunan suhu bumi mencapai angka dibawah 30%.

Dapat kita temui di beberapa postingan sosmed terdapat nuansa yang berbeda dari langit perkotaan yang kini kembali bersih dan jauh dari polusi dibanding sebelumnya. Itu artinya, Allah memberi kesempatan bumi untuk bernafas kembali dari belenggu polusi. Lalu apakah dengan diturunkannya pandemi oleh Allah membuat manusia semakin sadar bahwa bumi juga berpuasa dari segala macam aktivitas yang berdampak pada kerusakan bumi? Nah, dari sini mari kita lihat perbedaan puasa ala manusia dan puasa ala bumi.

Puasa ala manusia, kita sebagai umat Islam diperintah untuk menjalankan puasa wajib (Ramadhan) kali ini selain menahan hawa nafsu, puasa juga sebagai ajang untuk membersihkan jiwa, juga penyakit hati. Dengan puasa Ramadhan kita akan di reset kembali yang nantinya fisik maupun akal kita menjadi baik dan membawa manusia kembali fitri. Lalu bagaimana dengan puasa yang diberikan Allah terhadap bumi melalui pandemi ini?

Perlu kita ketahui hadirnya pandemi ini tidak lain ialah peran Allah didalamnya, Allah mereset bumi kembali dan memberi kesempatan bumi untuk bernafas supaya sehat kembali dan jauh dari polusi. Nah dari sini bedanya yaitu, Allah membuat puasanya bumi harus dipaksa dengan menghadirkan pandemi Covid-19 ini untuk mereset bumi supaya sehat kembali.

Namun, apakah manusia bersedia untuk dipaksa oleh Allah mereset dirinya kembali? tentu saja tidak. Oleh karenanya mari kita jalankan puasa Ramadhan ini dengan sepenuh hati, dan manfaatkan harta karun Ramadhan ini sebagai ajang untuk memperbaiki jiwa kita dan senantiasa memohon perlindungan-Nya. Hadirnya pandemi Covid ini tidak lepas dari campur tangan Allah sebagai sang Maha pencipta.

Sebagai umat Islam, sepatutnya meng-imani bahwa segala sesuatu di dunia ini ada yang menciptakan dan juga ada yang menggerakkannya. Pernyataan tersebut sejalan dengan ilmuan sekaligus filsuf Muslim berkebangsaan Andalusia (Spanyol) yakni Ibnu Bajjah yang menyatakan “Gerak tidak akan terjadi jika tidak ada yang menggerakkan.”

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa, segala sesuatu di muka bumi maupun alam semesta ini tidak akan bergerak dengan sendirinya jika tidak atas ijin Allah. Begitupun dengan pandemi saat ini, semoga kita tetap bersandar dan bertakwa terhadap sang Ilahi  dan senantiasa mendapat lindungan-Nya.

Ali Mursyid Azisi

Artikel Terkait

Posting Komentar